­

Ketika kata cinta itu tidak bermakna lagi

Januari 26, 2013


Awalnya aku tidak pernah sedikitpun menyangka akan berkenalan denganya bahkan sampai sejauh ini. Lucu memang kalo inget kejadian itu, waktu itu aku pergi ke rumah teman dan di sanalah dia melihatku mungkin karena aku orangnya cuek jadi nggak nyadar diperhatikan orang. 1 minggu (kalo ga salah) kemudian dia menghubungiku dari sanalah awal mengenal dia.

Kesan pertama saat aku berkenalan denganya mm…orangnya baik dan perhatian tapi sebenarnya yang membuat aku tertarik untuk lebih mengenalnya itu karena dia enak diajak ngobrol dan dia mampu memberikan rasa nyaman kepadaku, sampai-sampai aku percaya untuk menceritakan apapun kepadanya.
  
Kurang lebih dua bulan aku mengenal dia tapi perasaan seperti udah lama mengenalnya. Hari-hariku kembali bersinar dari keterpurukanku selama ini. Aku masih ingat dimana pertama kalinya aku merayakan hari ulang tahun bersama dia tapi entah kenapa perasaanku terasa hampa. Sebenanya aku nggak bisa membohongi perasaanku  sendiri bahwa hatiku telah jatuh pada seseorang yang selalu ku tunggu dalam hari-hariku tapi kenyataanya dia tak pernah muncul dan itu membuatku begitu kecewa. #oo..ow
Nggak lama setelah hari ulang tahunku dia menyatakan cintanya kepadaku, diatas batu (gimana romantis gk tu?) mungkin ini terasa romantis tapi entah kenapa pada saat itu pikiranku seperti membeku. Aku tau bahwa memang aku menyukainya cuman aku butuh waktu untuk lebih mengenalnya namun sayang aku nggak bisa berpikir panjang, yang aku pikirkan hanyalah aku takut untuk mengulangi kesalanku dulu dan aku takut kehilanganya. Tibalah diujung keputusanku yang menyatakan IYA. Dalam hati aku berdoa semoga saja ini merupakan keputusan yang baik untukku.

Tidak ku pungkiri bahwa aku bahagia bersamanya namun semuanya berubah begitu cepat. Semua kata-kata cinta ini menjadi tak berarti ketika cemburu-nya yang menusukku tanpa ampun. Setahun lamanya hubungan kita terlampaui dengan baik meskipun di dalamnya dipenuhi dengan percekcokan yang tiap hari kian memanas tapi aku masih bertahan dan mengharapkan-nya menjadi pendamping hidupku. Aku bertahan karena aku yakin bahwa harapan ini tidak akan sia-sia.

Aku syok banget ketika dia mengajaku untuk menikah sedangkan aku baru saja lulus SMA dan dia masih kuliah #geleng-geleng kepala. Aku kecewa karena bukan seperti itu cara yang ku inginkan. Waktu itu aku sedang mengalami tekanan dari diri sendiri maupun lingkunganku ditambah lagi masalah dengan dia. Aku stres sekali dan begitu kecewa kenapa dia tidak bisa memahamiku. 

Semakin hari dia semakin beringas karena aku selalu marah ketika membahas masalah pernikahan. Sebenarny ya siapa sih yang tidak senang jika cowoknya ngajak nikah? Aku juga senang karena terbukti dia benar-benar mencintaiku, namun apakah pernikahan itu hanya bermodalkan cinta? #pertanyaan pertama 

Hubungan kita pun semakin bersitegang setelah dia mengetahui aku akan kuliah, dia memang mendukung aku kuliah tapi semakin membatasi kegiatanku. Aku paham jika dia berbuat  seperti itu karena dia begitu mencintaiku sehingga tidak ingin kehilanganku.

Memang sudah tidak aneh lagi jika dia selalu ingin tahu kegiatan sehari-hariku setelah itu dia akan membatasi aktivitasku dan itu terjadi sejak awal pacaran. Apa lagi sekarang aku akan kuliah, kulihat dia bersiaga 1. Yang aku sesali sekali kenapa harus membatasi kegiatanku sedangkan dulu aku pernah berkata bahwa Kita harus saling suport satu sama lain tapi kenyatanya....  seharusnya kita tidak berhak untuk membatasi kegiatan-kegiatan pasangan kita apa lagi kegiatan-kegiatan yang memang positif (seperti ikutan ekstrakulikuler di sekolah atau organisasi). Dan parahnya waktu itu dia berusaha untuk melarangku mengikuti kegiatan-kegiatan disekolah seperti itu dengan alasan yang bermacam-macam, dari mulai takut terjadi sesuatu dengan aku, khawatir, cemburu dll. Aku pun selalu menuruti ucapan dia, tapi setelah aku membuka mata, aku baru menyadari bahwa dia tidak seharusnya mengatur-ngatur hidup aku seperti itu. Aku selalu memprotes apa yang dia ucapkan jika tidak sepaham denganku.

Sebenarnya di usiaku yang sekarang (Remaja #emang iya gtu remaja?) justru lebih baik untuk memperbanyak kegiatan yang memang bermanfaat untuk perkembangan kepribadian bukan malah dilarang-larang dengan alasan yang kadang sepele. Dan itu yang harus disadari oleh orang-rang yang mengalami nasib kayak aku.. (berasa tragis banget sih)
Karena aku harus kuliah di Bandung maka otomatis aku harus pindah dan mengikuti serangkaian kegiatan  awal masuk kuliah, seperti ospek yang menyita waktu hingga aku tidak sempet mengabarinya. 

Setiap kali sms gak di balas maka dia akan menelponku dan jika telpon gak diangkat dia akan marah. 3 bulan lamanya aku bertahan dengan situasi seperti ini kemudian aku memutuskan hubungan denganya karena aku menemukan dia mengata-ngatai aku disalah satu jejaring social. Aku kecewa sekali dengan sikap dia yang seperti itu, berbeda sekali dengan yang dulu saat pertama kali bertemu. Aku selalu bertanya-tanya apakah semua orang seperti ini, awalnya saja yang baik tapi lama-lama….. #pertanyaan ke-2 (biasanya sih pas PDKT itu Baiiik banggeett tapi pas pacaran berubah, apa lagi udah nikah, watak aslinya keluar)

aku tak bisa memegang prinsipku bahwa jika sudah putus ya putus tidak ada kata untuk balikan lagi tapi aku masih belum siap untuk kehilangan dia (kesalahan pertama), akhirnya kita pun kembali menjalin hubungan. setelah itu banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak sepatutnya untuk dilakukan (aku perjelas maksudnya marah yang berlebihan). Aku selalu menuntut dia untuk tidak posesif dan cemburu sedangkan dia selalu menuntutku untuk selalu perhatian, tiap hari mau menelpon denganya. Semakin hari aku semakin kecewa dan bosan dengan sikap dia yang seperti itu (mungkin dia juga seperti itu)

Akhirnya emosiku meledak-ledak tanpa kendali apalagi dengan hadirnya seorang cewek, aku semakin marah kepadanya sedangkan dia malah semakin menyulut emosiku dengan membanding-bandingkanku dengan perempuan itu.

Semakin hari semakin menyakitkan. aku bertahan dengan kondisi ini selama 1 tahun. tapi semuanya sia-sia tidak pernah ada titik temunya, dari dulu hingga sekarang yang menjadi masalahnya itu-itu saja. aku tau bahwa dia benar-benar mencintaiku namun apakah itu cukup? #pertanyaan ke..(berapa ya? aku juga lupa. hayoo) dia memang telah banyak berkorban untukku namun aku kembali bertanya apakah itu cukup untuk menjalani sebuah hubungan?? #pertanyaan selanjutnya (pertanyaan ke 3) tu kan salah

Setelah menjalani perenungan yang panjang (ceileeh) aku pun memutuskan untuk tidak lagi terjebak dalam situasi yang rumit ini. Aku berharap bahwa keputusanku untuk menjauh darinya adalah keputusan yang memang terbaik untuk kita berdua.

Dalam hati kecil aku begitu kecewa atas semua kejadian ini bahkan aku berharap bahwa aku bisa ilang ingatan agar aku tidak ingat kepadanya. Dulu aku pikir hubungan ini akan berakhir bahagia tapi nyatanya berakhir dengan penuh luka. 

Bukanya aku PD atau gimana tapi ini memang faktanya (xixi) sampai sekarang dia masih mencintaiku namun meskipun begitu aku tidak bisa menjamin jika aku kembali menjalin hubungan denganya akan berubah seperti yang aku harapkan. Kesalahan dari hubungan ini adalah:
 1. Sama-sama egois
 2.Terlalu banyak tuntutan dari kedua belah pihak, 
 3.Kurangnya rasa kepercayaan kepada pasangan
 4.Terlalu banyak mengungkit-ngungkit masalah yang sudah berlalu, Dsb
Aku tidak menyalahkan siapapun karena aku juga ikut andil dalam memicu kemarahan dia. aku cuman berusaha mengambil hikmahnya dari setiap kejadian yang aku lalui. Sebenarnya aku bertanya-tanya:
Apakah cintai ini bermakna jika tidak ada saling pengertian satu sama lain?
Apakah cinta ini bermakna jika tidak saling memahami satu sama lain?

You Might Also Like

3 komentar